Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MENJELAJAHI SURGA DI TIMUR INDONESIA (BACKPACKER KE MALUKU DAN PAPUA)

Berawal dari terpilihnya saya sebagai salah satu perwakilan dari sepuluh anak muda di Indonesia untuk menjadi relawan di Kepulauan Kei Maluku Tenggara, mengantarkan saya kepada sebuah perjalanan tak terlupakan di Timur Indonesia. Perjalanan dimulai ketika sampai di kota Ambon, sebelum menuju ke Kepulauan Kei, sambal menunggu jadwal kapal yang ada, kami diajak berkeliling kota Ambon. Kesan pertama ada ketika berada di Ambon tentunya sangat berbeda dengan apa yang menjadi isu selama ini. Ambon sangat aman dengan masyarakat yang sangat ramah dan membantu.
Kei Islands, Maluku Tenggara

Di Ambon, kami diajak mengelilingi beberapa tempat dimulai dari mengunjungi Pantai Lubang Buaya yang terletak di desa morella. Perjalanan ke Pantai Lubang Buaya ini ditempuh dalam waktu 1 jam perjalanan, untuk dapat menikmati Pantai Lubang Buaya ini pengunjung membayar biaya masuk Rp 5.000 dan pengunjung sudah bisa menikmati keindahan terumbu karang yang luar biasa untuk diselami. Di pantai ini fasilitasnya sudah cukup lengkap terdapat toilet, warung, hingga tempat penyewaan alat untuk snorkeling

Pantai Lubang Buaya dan Rumah Raja

silahkan cek video sharing pengalaman disini

Setelah puas menyelam, kami menuju rumah raja. Di Maluku sendiri masih terdapat generasi penerus dari raja-raja yang ada di beberapa daerah dan tradisi masih dipegang teguh disini. Rumah yang tradisional masih terus dilestarikan dari satu generasi ke generasi, didalam rumah raja ini kami melihat koleksi benda benda bersejarah yang tersimpan dengan rapi. Menjelang sore hari, kami menghabiskan waktu berkunjung ke Benteng Amsterdam yang merupakan bangunan bersejarah peninggalan jaman penjajahan yang masih kokoh berdiri. Terdapat juga sebuah warung didepan

Benteng Amsterdam

Baca juga : Tips Liburan Murah ke Raja Ampat

Keesokan harinya kami sudah bersiap di Pelabuhan Ambon untuk menuju ke Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Perjalanan dengan menggunakan kapal PELNI ini dengan biaya Rp 273.000 menuju Tual, Kepulauan Kei dan memakan waktu perjalanan selama 20 jam. Sebelum sampai di tujuan, kapal ini akan singgah terlebih dahulu di Pulau Banda Neira. Perjalanan ke Banda Neira memakan waktu 8 jam perjalanan, ketika itu kami sampai di Banda Naira pukul 2 pagi, kapal bersandar sekitar 3 jam sehingga masih ada waktu untuk mengitari Banda Neira.



Banda Neira sendiri terkenal sebagai pulau yang indah dan bersejarah dimana Bung Hatta pernah diasingkan. Jika singgah di Banda Neira, cobalah mencicipi teh dan kopi disana karena rasanya sangat berbeda dicampur dengan rempah rempah yang menyegarkan. Kami melanjutkan 12 jam perjalanan dari Banda Neira menuju Tual, Kepulauan Kei dan sampai pada sore hari. 

Baca Juga : Backpacker Murah ke Pantai Ora, Pulau Seram

Di Kepulauan Kei, kami tinggal di penginapan yang dimiliki oleh dinas pariwisata yang berada di desa Ngurbloat, Pulau Kei Kecil. Perlu diketahui, Kepulauan Kei ini masih sangat kental dengan adatnya sehingga disini kita juga tidak bisa sembarangan berbicara dan berperilaku. Keesokan harinya kami menuju Desa Faan, menurut cerita ketua adat dipercaya bahwa leluhur orang Kei berasal dari Bali. Desa Faan ini masih memegang adat yang masih sangat kental, sesampainya disana kami 
Tarian Penyambutan Tamu di Desa Faan

cara tradisional memasak di desa Faan


langsung disambut warga dengan tarian tradisional penyambutan tamu. Terdapat suatu tradisi unik di Desa Faan ini yaitu tradisi menombak ikan, ikan yang didapat juga dimasak dengan cara unik yaitu di kubur didalam tanah yang atasnya dibakar. Kami juga disediakan makanan tradisional dari daerah setempat yang didominasi oleh umbi-umbian, terdapat rumah adat yang unik di Desa Faan namun tidak bisa sembarangan orang masuk karena harus ada izin dari raja setempat.

Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah belajar untuk anak anak di Kepulauan Kei, serunya mengikuti kegiatan volunteer ini, kalian ikut berkontribusi kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Tempat yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Kepulauan Kei ini adalah Pantai Pasir Panjang atau ngurbloat. 

Rumah Belajar dan Pantai Panjang


Pantai ini memiliki pasir yang sangat halus bahkan pernah dinobatkan sebagai pantai dengan pasir terhalus di dunia. Menikmati pemandangan matahari terbenam di Pantai Pasir Panjang memang sangat indah sembari menikmati pisang goreng yang khas. Di pantai ini terdapat fasilitas penunjang seperti tempat makan hingga gazebo untuk beristirahat di depan pantai. Pariwisata di Kepulauan Kei ini memang tergantung dengan ombak, hari terakhir di Kepulauan Kei, dikarenakan ombak yang tinggi kami tidak bisa pergi ke salah satu ikonnya yaitu Pulau Bair.
Goa Hawang

Kami mengunjungi Goa Hawang, tempat ini benar benar indah, didalam goa terdapat akhir sebening kristal yang sangat cantik dengan berbagai bentuk stalaktit dan stalagmit. Terdapat juga mitos yang beredar bahwa dengan membasuhi muka dengan air dari Goa Hawang ini dapat membuat awet muda.
anak anak di Ohoi Letman

Kami melanjutkan perjalanan ke  Ohoi Letman, ini merupakan pulau kecil yang ada di tengah laut. Untuk bisa kesini kita harus menyeberang dengan menggunakan perahu, namun jika memiliki nyali yang cukup kamu bisa berenang hingga menuju pulau. Dari atas pulau terlihat pemandangan pulau pulau kecil yang indah seperti raja ampat, uniknya disini kita bisa melalukan kegiatan yang cukup menantang yaitu melompat dari tebing atau bermain flying fox
Ohoi Letman, Maluku Tenggara

Jika ingin mengelilingi Kepulauan Kei sendiri, terdapat angkutan umum yang menuju tempat tempat wisata atau bahkan disewa. Namun, jika ingin lebih bebas lebih baik menyewa motor. Tempat tempat wisata di Kei Kecil ini kebanyakan menggunakan kapal kecil sehingga akan lebih hemat jikan mengikuti open trip yang biasanya dibandrol dengan tarif Rp 2.800.000 untuk 3 hari 2 malam dan seudah termasuk semuanya. 


Menuju Raja Ampat

Tidak terasa sudah tiga hari berada di Kepulauan Kei, malam harinya kami menuju pelabuhan Tual untuk menunggu kapal kembali ke Ambon dan menikmati 20 jam di atas laut. Sesampaian di Ambon, saya beristirahat satu hari untuk besoknya melanjutkan perjalanan ke surga bawah laut, Raja Ampat. Dikarenakan perjalanan ke Kepulauan Kei ini disponsori oleh panitia sehingga saya hanya mengeluarkan uang untuk keperluan pribadi sekitar Rp 500.000. Setelah menghabiskan waktu hampir satu minggu di Maluku, saya menuju kota Sorong dengan menggunakan pesawat waktu itu seharga Rp 400.000. Sebenarnya dari Kepulauan Kei ke Sorong sangat dekat menggunakan kapal namun dikarenakan jadwal kapal yang tidak pas akhirnya saya memilih kembali ke Ambon dan menggunakan pesawat menuju kota Sorong di Papua.
pantai friwen raja ampat

Berkunjung ke Timur Indonesia tentunya banyak orang yang takut dan mengira bahwa Timur Indonesia tidak aman karena daerah rawan konflik, namun dari pengalaman saya menjelajahi Timur Indonesia apalagi sebagai solo backpacker perempuan ternyata semua itu tidak benar. Justru masyarakat lokal yang tidak saya kenal yang banyak membantu saya didalam perjalanan ini. Perjalanan ke Sorong dari Ambon ditempuh dalam waktu sekitar 90 menit. Agar sesuai dengan anggaran, saya sudah memesan dari jauh jauh dari homestay di Sorong sehingga mendapatkan harga yang lebih murah sekitar Rp 120.000 per malam. Harga tersebut merupakan harga termurah yang saya temukan dengan fasilitas dikamar yaitu kipas angin, meja dan Kasur untuk satu orang. 
Sesampainya di Sorong, saya dijemput langsung oleh pimilik homestay dan diajak berkeliling melihat daerah sekitar. Untuk menuju Raja Ampat, cara yang paling mudah dan murah adalah dengan menggunakan paket dari open trip karena jika pergi sendiri harga untuk berkeliling pulau dengan menggunakan kapal bisa jutaan rupiah. Dikarenakan saya sampai di Sorong bukan saat akhir pekan maka lebih sulit mencari jadwal open trip yang pas, untungnya ada satu jadwal open trip 3 hari 2 malam dengan harga Rp 3.500.000. Sebenernya untuk hemat ke Raja Ampat, kamu bisa memilih paket satu hari saja yang selalu ada di setiap akhir pekan dengan titik temu di pelabuhan Sorong.

pelabuhan waisai

Besok paginya saya sudah dijemput menuju pelabuhan Sorong untuk menaiki kapal cepat menuju Waisai, Raja Ampat dengan perjalanan sealama 2 jam. Perlu diketahui bahwa ATM hanya ada sampai di Waisai saja, jadi inilah kesempatan teriakhir untuk menarik uang cash sebelum menuju ke pulau-pulau. Sesampainya di Waisai, kami lanjutkan dengan kapal kecil menuju Pantai Friwen. Pantai Friwen ini sangat indah dengan air yang sangat bening dan masih sepi. Kami menghabiskan waktu bermain main di pantai sebelum menuju ke homestay.
Pantai Friwen
Saya memilih tinggal di homestay yang berada di Pulau Mansuar dan mendapatkan kamar tepat di pinggir pantai. Homestay disini memang sangat sederhana terbuat dari kayu dan pelepah kelapa, enaknya tinggal di homestay adalah kita bisa bercengkrama dengan masyarakat yang tinggal di pulau dan melihat kehidupan mereka sehari hari di pulau. Makanan juga dimasak oleh ibu pemilik homestay, rata rata tinggal di homestay di Raja Ampat ini tarifnya Rp 350.000 dan termasuk makan tiga kali sehari. Menikmati matahari terbenam dari Pulau Mansuar ini sangat indah.
homestay raja ampat

Hari selanjutnya kami mengelilingi pulau pulau di Raja Ampat, di bulan tertentu ombak di Raja Ampat ini sangat ekstrim sehingga tidak ada kapal yang berani menuju Wayag. Pertama tama kami mengunjungi Piaynemo, tempat ini merupakan replika dari Wayag dengan pemandangan indah terdiri dari gugusan pulau pulau kecil. Bedanya, di Piaynemo ini akses menuju puncak sangat mudah karena sudah ada tangga dan fasilitas penunjang lainnya. Di Piaynemo ini, terdapat fasilitas yang memudahkan pengunjung yaitu toilet portable hingga warung yang berada di dekat pintu masuk.


Piaynemo, Raja Ampat



Kami melanjutkan perjalanan menuju Telaga Bintang, untuk naik ke atas tebing ini harus sangat hati hati karena memanjat karang. Dari atas puncak inilah terlihat pulau pulau yang membentuk bentuk bintang. Tempat ini memang sedang dalam proses pembangunan ketika saya datang sehingga masih belum terdapat fasilitas bagi wisatawan yang berkunjung. 



Setelah itu kami menuju lokasi untuk menyelam, baru sampai ke lokasi sudah bisa terlihat beberapa hiu yang lewat. Pemandangan bawah laut Raja Ampat ini sangat indah tidak heran menjadi salah satu lokasi terbaik didunia untuk menyelam. Setelah puas menyelam, kami melanjutkan perjalanan ke Pasir Timbul. Pasir Timbul ini hanya ada ketika air surut dan pulau menonjol ke daratan di tengah laut dan kami kembali menikmati matahari tenggelam di Pulau Mansuar. Malam harinya, saya bercengkrama dengan ibu ibu penduduk pulau, mereka mengatakan sangat senang dengan adanya banyak wisatawan yang datang karena sangat membantu perekonomian desa mereka. Ada juga wisatawan yang ikut memberikan pengetahuan Bahasa inggris kepada mereka dan anak anak mereka di Pulau ini karena penduduk pulau tidak bisa berbahasa inggris dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Keesokan harinya kami kembali ke Sorong karena perjalanan di Raja Ampat ini telah selesai. Pemandu wisata mengajak kami untuk mencicipi makanan khas daerah timur yaitu papeda yang terbuat dari sagu ditemani dengan kuah ikan kuning yang sangat nikmat, sangat wajib untuk dicicipi jika berkunjung kesini. Kami juga diajak untuk melihat oleh oleh dari Papua, disini terdapat berbagai jenis camilan olahan dari biji melinjo serta kerajinan tangan masyarakat Papua seperti kain tenun khas bermotif etnik dengan harga mulai dari Rp 80.000.

Perjalanan di Papua pun selesai dan saya bermalam satu malam di Sorong untuk menggu penerbangan pulang keesokan harinya. Selama di Papua saya menghabiskan biaya kurang lebih Rp 4.000.000 termasuk dengan paket perjalanan dan pengeluaran pribadi di Papua. Pengalaman menjelajahi bagian Timur Indonesia sangat berkesan, apalagi untuk saya sebagai seorang solo backpacker wanita. Selama ini stigma negatif dari bagian Timur Indonesia ternyata sangat berbeda dari kenyataan dengan masyarakat yang kaya budayanya dan sangat membantu. Tips jika berkunjung ke Maluku dan Papua ini adalah membawa alat snorkeling sendiri sehingga akan menghemat biaya penyewaan, membawa obat nyamuk sangat disarankan mengingat didaerah sana angka penyakit malaria cukup tinggi. Yang penting adalah mempersiapkan uang tunai yang cukup, karena dibeberapa daerah akan sangat susah menemukan ATM atau bahkan tidak ada. Cobalah untuk menyunjungi bagian Indonesia Timur untuk mendapatkan pengalaman baru yang tidak terlupakan.



Helga Christ
Helga Christ Currently living in Bali

Post a Comment for "MENJELAJAHI SURGA DI TIMUR INDONESIA (BACKPACKER KE MALUKU DAN PAPUA)"